
Memang sih gw suka melihat orang-orang seperti itu, pasti kamu juga sering menemukannya, sebut aja temanmu. Ada tiga hal yang menyebabkan orang berkata/mempunyai sifat begitu, yaitu:
- Memang sudah mencicipinya dan nyatanya makanannya tidak enak
- Melihat penampilan sekilas, mencicipinya sedikit
- Membenci orang yang membuatnya
Nah yang akan gw bahas disini adalah point nomor dua yaitu Orang yang menghina sesuatu tapi ujung-ujungnya suka dan cinta dikarenakan dia sebelumnya melihat objek sekilas atau mencicipi objek sedikit saja.
Dulu kau caci dan benci
Jadi teringat masih SMP dulu gw suka band indie. Inget banget sama MOCCA di radio itu mengingatkanku pada sawah. Beranjak ke SMK makin demen sama band indie apalagi White Shoes And The Couple Company atau biasa disingkat WSATCC. Selama jadi penikmat musik indie, waktu itu minoritas banget. Jangan harap saat kumpul bareng teman lalu memutar musik dan merequest lagu indie dapat memutarnya sampe lagunya selesai, yang ada baru 30 detik musiknya sudah diganti ke musik yang sering muncul di TV. Jadinya ya menikmati musik indie itu harus sabar dihina dan dicaci.
Lanjut ke masa kuliah kesukaanku pada musik ini berlanjut, itu dikarenakan kecanggihan teknologi informasi. Jika memutar youtube, saya suka mencari musik indie yang bernuansa FOLK yang menyatu dengan alam. Itu karena jiwaku serasa berada di nuansa FOLKS yang liriknya tentang alam, persahabatan, kekeluargaan kadang juga sindiran.
sekarang kau cinta
Pernah ada tugas kuliah bikin tampilan web sederhana dengan konten bebas. Waktu itu saya membuat web dengan isi konten mengenai band terbaik diindonesia yang wajib didengar yang isinya adalah band indie semua, beberapa diantaranya adalah payung teduh dan banda Neira. Karena tugasnya dibikin di LABKOM kampus, tentunya siapapun yang memakai komputer bisa melihat tugas saya dan teman-teman. Benar saja tugasku jadi perbincangan, bukan karena tampilan web yang bagus tapi karena mereka mengaku punya satu kesamaan dalam cita rasa musik.
Tapi kenyataan berbeda, jika kerja kelompok atau sekedar santai dikelas justru musik indie itu minoritas apalagi bernuansa FOLK seperti Payung Teduh. Saya menyukainya sejak dulu sehingga wajar saya sering memutarnya dikala bosan. Yang ada temen-temen gw menghina musik payung teduh "ini musik apaan? gak banget" itu yang sering mereka bilang ke gw. Di tempat gw tinggal juga sama, kalo musik selalu menjadi minoritas.
Tapi selang beberapa tahun sekitar 2016, mereka mulai suka dan sering mendengarkan Payung Teduh. Mulai dari temen dimana tempat gw tinggal mereka sering bernyanyi "parararara" temen gw kuliah juga sama mulai keracunan payung teduh, aku sih senang karena menjadi yang pertama suka diantara mereka.
Travelling dan Naik Gunung ngeCamp membuat indie populer
Teringat temen kuliah waktu kerja kelompok memutar lagu FLOAT SEMENTARA, saya heran kok dia suka lagunya, kirain gak suka indie. Pas ditanyakan ternyata lagu tersebut populer dikalangan anak gunung. Waktu itu diTasikmalaya sedang rame-ramenya Naik gunung dan ngeCamp, sehingga musik indie beraliran FOLKS mengalami pertumbuhan. Tentunya anak gunung yang masih baru pada saat itu sering mencari referensi, tutorial di youtube tentunya backsong videonya musik folks indo. Itulah salah satu penyebab musik indie disukai anak jaman now khususnya di Tasikmalaya
Lihat dan dengar, baru bertindak
Ada temen gw yang dicekokin Payung Teduh, karena mendengarnya sampe lagu selesai dia menyukainya. Kebanyakan mereka tidak suka, karena mereka tak mendengarnya sampai tuntas. Maklum itu kepribadian yang sudah tertanam di negeri ini, bukan hanya pada hal musik ini terjadi dalam segala hal dalam kehidupan.
Manusia enggan mendengar dan melihat lebih banyak, mereka sukanya berbicara lebih banyak. Kebanyakan manusia itu cerewet dan banyak omong, tidak menghargai jika orang lain berbicara, selalu saja memotong pembicaraan orang. Tapi anehnya orang seperti itu pengen didengarkan, tapi mendengarkan orang lain mereka enggan.
Ada sebuah kutipan buku yang bagus berisi quotes dari mantan Pelatih Manchester United, Sir Alex Ferguson. Buku tersebut merupakan karyanya yang berjudul. Dalam bukunya ia menulis :
“Ada alasannya tuhan memberi kita dua telinga, dua mata, dan satu mulut. Itu supaya kita bisa mendengar dan mengamati dua kali lebih banyak daripada berbicara. Yang paling baik, mendengarkan itu tidak ada biayanya”
“... Sadarilah gunanya mendengarkan orang lain. Itu ibarat menjalani pendidikan terus menerus, sepanjang hidup, dan gratis, dengan manfaat tambahan berupa tidak ada ujian dan komentar tidak berguna selalu bisa dibuang.”
Bagi saya menjadi pendengar yang baik itu tidak sulit, karenanya bisa meraih informasi dengan maksimal, mungkin saja disebabkan kepribadian Introvertku. Bahkan banyak teman curhat kepada saya mengenai apapun, karena sebagian mereka sadar siapa yang tulus mendengar. Bahkan hubungan s*x dengan pacarnya sampai jadi topik, tak jarang mereka mencari solusi.
Saya memang jarang berbicara, itu karena takut apa yang dibicarakan hal yang sia-sia atau menyinggung perasaan orang lain. Saya lebih suka mendengar, bahkan sambil beraktifitas ataupun terlihat tidak menyimak. Terkadang saya terlihat tidak tertarik dalam suatu perbincangan orang lain, padahal waktu itu sedang menyerap informasi sambil pura-pura beraktifitas adag bisa mendekat dan mendengar lebih jelas.
Dulu Kau Hina, Sekarang Kau Cinta hanya sebagai pengingat agar kita senantiasa mencari informasi dan mengolahnya dengan matang sebelum bertindak. Sekian tulisan kali ini, karena gw laper bray
gw saya aku..., maaf berubah-ubah.