Tak Banyak diketahui Inilah alasan mengapa kita dilarang menertawakan orang yang kentut
Sudah jangan lagi menertawakan yang kentut. Inilah alasan mengapa kita dilarang menertawakan orang yang kentut. Pernahkah anda kentut? pernahkan teman anda kentut? mungkin itu menjadi bahan tertawaan diantara kalian dan menertawakannya adalah sudah menjadi hal yang biasa dan kebiasaan.

Tapi tahukah anda bahwa menertawakan orang yang kentut dalam Agama Islam itu dilarang? Meski yang kentut sembarangan tidak beretika dan memalukan alangkah baiknya yang mendengar suara kentut ataupun menciumnya tidak menertawakannya. Dari sahabat Abdullah bin Zam’ah radhiyallahu ‘anhu Suatu hari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyampaikan khutbah. Beliau menasehati sikap sahabat yang tertawa ketika mendengar ada yang kentut.



إِلَامَ يَضْحَكُ أَحَدُكُمْ مِمَّا يَفْعَلُ؟

“Mengapa kalian mentertawakan kentut yang kalian juga biasa mengalaminya.” (HR. Bukhari 4942 dan Muslim 2855).


Menertawakan Kentut Adalah Kebiasaan Jahiliyah

Dalam Tuhfatul Ahwadzi, Syarh Sunan Turmudzi, Al-Mubarokfuri mengatakan,

وكانوا في الجاهلية إذا وقع ذلك من أحد منهم في مجلس يضحكون فنهاهم عن ذلك

“Dulu mereka (para sahabat) di masa jahiliyah, apabila ada salah satu peserta majlis yang kentut, mereka pada tertawa. Kemudian beliau melarang hal itu.” (Tuhfatul Ahwadzi, 9/189).

 

Kentut adalah adat masyarakat yang dialami setiap orang

Imam Ibnu Utsaimin menjelaskan,

الإنسان إنما يضحك ويتعجب من شيء لا يقع منه، أما ما يقع منه؛ فإنه لا ينبغي أن يضحك منه، ولهذا عاتب النبي صلى الله عليه وسلم من يضحكون من الضرطة؛ لأن هذا شيء يخرج منهم، وهو عادة عند كثير من الناس.

Umumnya orang akan menertawakan dan terheran dengan sesuatu yang tidak pernah terjadi pada dirinya. Sementara sesuatu yang juga dialami dirinya, tidak selayaknya dia menertawakannya. Karena itulah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mencela orang yang menertawakan kentut. Karena kentut juga mereka alami. Dan semacam ini (menertawakan kentut) termasuk adat banyak masyarakat. (Syarh Riyadhus Sholihin, 3/120). Kemudian Imam Ibnu Utsaimin juga menyebutkan satu kaidah,

وفي هذا إشارة إلى أن الإنسان لا ينبغي له أن يعيب غيره فيما يفعله هو بنفسه

Ini merupakan isyarat bahwa tidak sepantasnya bagi manusia untuk mencela orang lain dengan sesuatu yang kita juga biasa mengalaminya. Maroji’ : syarh riyadlush sholihin, (Syarh Riyadhus Sholihin, 3/120).

Jadi, sepantasnya kita tidak boleh menertawakan orang yang kentut. Entah disengaja maupun tidak disengaja. Karena menertawakan orang yang kentut adalah suatu kebiasaan orang Jahiliyah dan Rasulullah SAW tidak menyukai orang yang menertawakan kentut. Selain itu, kentut adalah suatu hal yang dialami semua manusia.

Terimakasih semoga bermanfaat...