Ketika orang mencari jodoh dengan cara berpacaran untuk mengetahui cocok tidaknya, aku lebih memilih memperbaiki diri berusaha menjadi seseorang yang baik dan taat. Dan aku berkeyakinan bahwa pacaran adalah suatu perilaku yang mendekati zina sedang mendekatinyapun sangat dilarang dalam Agama.
Mengubah diri/Hijrah adalah salah satu bentuk ikhtiar yang saya lakukan, daripada bertanya-tanya kapan dan dimana jodoh? Atau mendekati lawan jenis, melanggar interaksi pria wanita dalam Islam, atau bahkan berpacaran yang memang sudah menjadi hal yang biasa dilakukan oleh banyak orang bahkan oleh orang yang bisa dibilang berpengetahuan dalam agama.
Saya sendiri juga sering berinteraksi dengan lawan jenis secara private (WA) namun itu dalam urusan kerja dan komunitas. Saya tahu batas dan tak membahas selain urusan kedua hal diatas. Atau di sosmed lain kadang ada lawan jenis memulai berinteraksi namun saya menjawabnya dengan singkat sesingkat-singkatnya tak membahas apapun.
Dan ketika ada orang tua yang menawarkan anaknya, "Saya punya anak perempuan" saya merasa beruntung karena dipandang baik apalagi beliau mempunyai pendirian dan pendidikan agama yang bagus (mencarikan jodoh untuk anak perempuan adalah suatu kebaikan). Meski penilaian baik tersebut hanya dalam pandangan manusia, ini menjadi salah satu tolak ukur tentang bagaimana manusia menilai saya. Dan saya pun menolak dengan blak-blakkan karena belum berfikir jauh tentang pernikahan, saya masih perlu banyak belajar dan memahami.
Ketika aku ingin seseorang yang baik, orang lain juga sama ingin seseorang yang baik. Jangan memaksa meminta yang baik tapi jadikanlah diri menjadi baik. Atau ketika orang-orang membuat guyonan saya dengan seseorang yang baik disatu sisi saya merasa beruntung karena diisukan dengan orang baik karena mungkin orang lain yang membuat suatu guyonan menilai saya baik seperti seseorang tersebut. Namun disisi lain saya malu terhadap diri saya dan marah, karena dia orang baik yang tak pantas disebut ada kata pacaran. Dia menjaga dirinya, menjaga auratnya, menjaga interaksi. Itu sebuah penghinaan.
Saya hanya ingin merubah diri dulu menjadi manusia yang baik yang selalu mengerjakan shalat wajib di awal waktu, lalu menghiasinya dengan shalat sunnah yang sudah seperti menjadi fardu, lalu membaca Alqur'an sudah menjadi aktifitas setiap waktu, puasa Sunnah tak ditinggalkan, bangun malam menjadi keseharian. Saya ingin menjadi contoh yang baik bagi istri dan anakku kelak, dan aku ingin bersama-sama bukan hanya didunia tapi juga bercanda bersama disurganya.
Itu hal yang sedang saya kejar saat ini, menjadi baik. Bukan baik menurut pandangan manusia tapi menurut penilaian tuhan. Karena seseorang yang baik akan menjadikan tuhan sebagai standar penilaiannya, bukan hawa nafsunya. Dan standar penilaian itu bukan untuk melihat/menilai orang lain, tapi untuk diri sendiri agar dipandang baik oleh tuhan sang penciptanya.
Lalu sampai sejauh mana melangkah? usahaku menjadi baik masih sedikit dan berproses. Namun suatu hal yang pasti setiap langkah perjalanan manusia menuju kepulangan pada kematian
Aku menjadi baik bukan hanya agar dipersatukan dengan seseorang yang baik, tapi juga agar ketika mati dalam keadaan baik. Dan bukankah semua orang ingin pulang dalam keadaan baik?
Insyaa Allah sudah benar apa yg dilakukan, yaitu memperbaiki diri sendiri agar kelak Allah mempertemukan dengan perempuan baik yg sekufu dengan mas Ridwan. Jangan tergoda buat pacaran, deh. Hehe.
BalasHapusSemangat, fastabiqul khairat!
Bebas berkomentar asal santun dan tidak kasar. Komentar yang mengandung konten por*o dan ju*i akan dihapus. Jangan lupa juga centang kotak "notify me" supaya ada notification jika komentarnya sudah dibalas. Terimakasih :)